Saturday, August 29, 2009

Diklat Guru Profesional

Setelah lama tidak jumpa, tiba-tiba seorang kawan trainer yang juga seorang guru, bu Dwi Harti menelponku. Sekitar 3 bulan yang lalu kami pernah merencanakan mengadakan event bareng. Namun karena kesempatan untuk bertemu belum ada waktu dan kami jarang komunikasi, rencana itu belum terwujud hingga saat ini.

Ketika menelponku, Bu Dwi mengajakku untuk meramaikan Diklat Nasional Guru Profesional yang diselenggarakannnya, yaitu “Model Pembelajaran Kontekstual Berbasis Lingkungan” di gedung Pendopo Kabupaten Kendal. Aku diminta untuk menjadi moderator sekalis pengisi ice breaker dalam diklat yang menghadirkan Prof. Dr. Wasino M.Hum (Ketua Progeam Studi, S-2 Pendidikan IPS, PPS Unnes Semarang), Drs. Bambang Prishardoyo (Tim Assessor Rayon 12 Semarang) dan Drs. Hartono Srikaton DJ, MM (Guru Karakter Indonesia). Permintaan itu aku sepekati, karena tanggal 9 Mei 2009, memang lagi tidak ada acara.

Sabtu, 9 Mei 2009 sekitar jam 06.00 pagi aku berangkat dari Semarang ke Kendal dan sampai di tempat penyelenggaraan Diklat Guru Profesional, yakni Pendopo Kabupaten Kendal sekitar jam 07.30. Kamipun melakukan koordinasi untuk persiapan acara. Jam 08.00 aku masuk untuk melakukan pemanasan, dengan dance atau gerakan tubuh mengikuti lagu “Beautiful Life”, menyampaikan motivasi. Setelah para peserta yaitu guru-guru SD, SMP dan SMA di Wilayah Kbupaten Kendal telah terlihat semangat, acara seremonial pembukaan diklat pun dilaksanakan sekitar jam 08.30. Acara Pembukaan selesai jam 9 lewat beberapa menit.

Selanjutnya aku masuk kembali untuk mengantarkan sesi pertama dengan materi “Pembelajaran Kontekstual Berbasis Lingkungan Sekitar” oleh Prof Wasino. Prof Wasino menyampaikan bahwa keleluasaan para guru untuk mengembangkan berbagai macam model pembelajarn, merupakan peluang yang memungkinkan atas berubahnya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KPST). Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan adalah Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM).

Prof. Wasino menguraikan tentang tugas guru sebagai pendidik, melakukan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran dengan konsep dari Ki HajarDewantoro yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. Pengembangan model pembelajaran secara umum bermuara pada model utama yaitu behaviorisme, cognitivisme dan construktivisme.

Menjelaskan tentang pembelajaran konstekstual, Prof Wasino mengatakan bahwa, pembelajara kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey (1916) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang terjadi di sekelilingnya. Beliaupun menyampaikan sejumlah strategi pengajaran melalui pembelajaran konstekstual, antara lain: (a) pembelajaran berbasis masalah, (b) memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar, (c) memberikan aktivitas kelompok, (d) membuat aktivitas belajar mandiri, (e) membuat aktivitas belajar bekerjasama dengan masyarakat, (f) menerapkan penilaian autentik.

Pada bagian akhir, Prof Wasino menguraikan tentang lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dalam Contekstual Teaching & Learning (CTL). Bagaiaman seorang guru lebih berperan sebagai fasilitator, motivator dan inspirator bagi anak didik. Model pembelajaran PAIKEM, juga pembelajaran kontekstual yang memanfaatkan lingkungan sekitar.

Pada sesi kedua disampaikan materi “Merengkuh Sertifikasi Pendidik” oleh Drs. Bambang Prishardoyo Msi. Salah satu tim assessor rayon 12 dari Unnes ini memberikan penjelasan secara tuntas tentang sertifikasi guru. Materi ini merupakan bekal bagi para peserta untuk mempersiapkan proses sertifikasi guru sebagai upaya peningkatan kwalitas proses pembelajaran bagi anak didik di sekolahnya.

Pada sesi ketiga, yang dilangsungkan setelah break makan siang dan sholat dhuhur, tsmpil sebagai pembicara adalah seorang trainer Guru Karakter Indonesia dan praktisi Hipnotherapy, Drs Hartono Srikaton. Pada sesi terakhir ini disampaikan materi “Presenting Magically”. Dalam kesempatan tersebut, Hartono juga mempraktekkan proses acceleratied reading, membaca dengan kecepatan tinggi, yang dilakukan oleh seorang model anak didik yang dihipnotis. Dalam kondisi mata terpejam, kemudian diminta untuk membuka mata dalam hitungan detik untuk membaca sebuah tulisan di selembar kertas yang ada di hadapannya. Selanjutnya model ini diminta untuk menyebutkan apa yang tertulis dan berhasil. Luar biasa! Acara Diklat Guru Profesional ini berakhir sekitar jam 15.30 wib.

Aku langsung pilang ke Semarang, terus berangkat lagi menuju Jepara. Pagi harinya, 10 Mei 2009, kami juga harus menyiapkan Diklat yang serupa untuk guru-guru di Kabupaten Jepara. Pembicaranya sama yaitu Prof. Wasino dan Bambang Prishardoyo minus Hartono Srikaton. Dalam event diklat kali ini, aku lebih banyak memberikan materi motivasi di awal acara dan sesi terakhir.

Sebuah pengalaman yang sungguh menarik, berbagi semangat motivasi dan pencerahan bagi guru untuk menemukan potensi diri dan mengoptimalkannya menjadi guru-guru yang dahsyat dan luar biasa. Semoga! *** (12 Mei 2009; 12.14).

1 comment:

Boy said...

Betul, Guru memang harus perlu dipersiapkan secara matang dalam proses pembelajaran. Guru juga harus peka terhadap lingkungan sebagai sumber belajar