Pertemuan tahunan dan sekaligus Halal bi Halal Fosi Jateng, Ahad, 12 Oktober lalu memunculkan keinginan untuk pembenahan pengelolaan jamaah secara lebih baik lagi. Perlunya pembuatan data base ekstraine atau jamaah Fosi, perlunya penyiapan program kerja rutin, tuntutan pengelolaan dana jamaah serta tuntutan penyempurnaan kelengkapan kepengurusan mengemuka dalam sumbang saran diskusi Halal bi Halal yang dipandu oleh Ketua Tanfidziyah Fosi Jateng, Akhi Cipto Sumedi.
Akhi Arif Widodo, Majelis Syuro Fosi Jepara dalam presentasi awal menyampaikan perlunya membangkitkan kembali semangat jihad dalam dakwah Fosi. Karena kerja dakwah merupakan pilar bagi tegaknya Islam dan kerja dakwah merupakan kerja yang mulia bagi setiap muslim. Dengan mengutip Firman Allah dalam Al-Qur'an, Akhi Arif menekankan, "Dan siapakah yang lebih baik perkataannya dari orang yang mengajak taat kepada Allah dan beramal sholeh ...?" Karenanya, Sebagai jamaah dalam gerakan Fosi, kita harus istiqomah untuk terus berdakwah menyampaikan kebenaran dienul Islam. "Futur (atau berhenti) dalam dakwah berarti meninggalkan Islam!" tegasnya.
Sementara itu, pada presentasi berikutnya, Akhi Nurali, Ketua Tanfidziyah Fosi Kab Semarang memaparkan program kerja yang sedang disiapkan untuk kegiatan dakwah Fosi di Kabupaten Semarang dalam kepemimpinannya saat ini dan tahun-tahun mendatang. Berbagai program coba disampaikan antara lain pelaksanaan training Fosi satu, training Fosi dengan berbagai modifikasi untuk menarik minat peserta, dan program pembinaan unggulan yakni dengan majlis Tarjamah Lafdziyah Al-Qur'an dan rencana penyenggaraan pendidikan Al-Qur'an pasca TPQ. Program taklim dan dakwah yang lebih terkoordinir dan terencana disampaikan dalam presentasinya untuk bisa menjadi inspirasi bagi program kerja Fosi tingkat propinsi Jateng.
Pertanyaan yang cukup tajam disampaikan oleh Akhi Tajuddin tentang pengelolaan Fosi adalah berapa jumlah anggota saat ini? Berapa yang bisa dikoordinir? Berapa yang peduli? Atau juga berapa jamaah yang aktif dalam berbagai kegiatan? Karena dengan pendataan jamaah tersebut akan memperlihatkan peta kekuatan harakah Fosi dalam dakwah di Jateng ini. Pertanyaan inilah yang menuntut perlunya penyusunan data base jamaah fosi berbagai angkatan pertrainingan.
Program kerja yang terstruktur juga perlu disusun untuk membangkitkan kembali aktivitas harakah Fosi Jateng. Pernyataan Akhi Nurali yang mengutip pernyataan Akhi Tajuddin saat MOT cukup menjadi bahan renungan bersama, "Siapa yang ingin berdakwah untuk membesarkan Fosi lebih baik mundur dari Fosi, tetapi siapa yang ingin menegakkan Islam dengan dakwah, mari kita lakukan lewat Fosi!"
Karenanya menurut Akhi Nurali, program kerja yang jelas tentang kajian rutin jamaah, kajian dengan silaturahim ke ulama atau pesantren, kajian follow-up, kajian terjamahan lafdziyah Al-Qur'an perlu disusun dan dijadwalkan untuk meningkatkan kwalitas dakwah Fosi di masa mendatang. Training-training faosi satu perlu kembali diselenggarakan di dalam kampus-kampus seperti sebelumnya. Tanpa adanya training, aktivitas dakwah tak bisa berjalan secara jama'i.
Akhi Nurfatoni mengemukakan dan menyarankan, kita perlu mencari tantangan dakwah agar ada motivasi "Mengaji" seperti misalnya dengan terjun langsung ke masyarakan untuk berdakwah di majlis taklim, mushola maupun masjid di lingkungan kita tinggal. "Kalau kita sudah terjun memberikan kajian atau dakwah, maka kita dituntut untuk mencari tambahan ilmu!" ungkap Akhi Nurfatoni.
Untuk bisa merealisir program kerja Fosi, tentu dibutuhkan dana. Karena itu, Akhi Mardwi, salah seorang pengajar di SMA Semesta Gunung Pati mengusulkan agar Tanfidziyah Fosi Jateng segera membuka rekening bank untuk penghimpunan dana dari jamaah. Dengan adanya rekening tersebut setiap jamaah bisa langsung mentransfer dana untuk aktivitas Fosi. Senada dengan hal tersebut, Akhi Syukur Abdullah menyarankan, bahwa infak oleh jamaah Fosi harus dijadikan sebagai "kwajiban pribadi" secara rutin bulanan. "Karenanya segera dibuka rekening bank untuk menampung dana jamaah!" kata Akhi Syukur.
Pengelolaan dana jamaah ini harus disertai dengan laporan rutin penerimaan dan pengelolaannya. Hal ini merupakan bentuk accountabilitas Tanfidziyah dalam pengelolaan keuangan jamaah sehingga bisa dinilai kredible. Sebagai salah seorang pengurus Tanfidziyah Fosi Jateng, saya juga coba menyarankan pada forum Halal bi Halal, agar menyempurnakan kepengurusan Fosi dengan lebih lengkap, perlunya dilakukan rapat kerja Tanfidziyah untuk menyusun program kerja yang terstruktur. Saya juga menekankan perlunya dibuat website atau blog Fosi Jateng untuk memberikan berbagai informasi dan sekaligus media komunikasi bagi jamaah Fosi Jateng.
Acara pertemuan tahunan dan Halal bi Halal Fosi Jateng semakin bermakna dan perlu ditindaklanjuti untuk kebangkitan kembali Fosi Jateng. Acara yang dihadiri oleh sekitar 50 ikhwan dan akhwat dari berbagai daerah Jawa Tengah ini diakhiri dengan tausiyah dan do'a penutup yang dipimpin oleh KH Zaeri Rosyidi sebagai sesepuh Fosi Jateng. Semoga semangat dakwah ini bisa terus menyala pada seluruh jamaah dan menjadi energi untuk menggerakkan aktivitas di daerah masing-masing. Amin!*** (14 Oktober 2008, 06.24)

Sunday, October 26, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment